PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI OLEH KEPALA KEPADA BAWAHAN/KAYAWAN
PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI OLEH KEPALA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
BRI UNIT KARANGPANINGAL CABANG BANJAR
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata
Kuliah Azas – Azas Manajemen
Disusun
oleh
Kelompok
4 1B-IP
Taufik
Ridwan F 3506160106
Nely
Erlina Sari 3506160242
Ressy
Anisatul F 3506160261
Redi
Jaya 3506160196
Gilang
Mayang M 3506160166
Aris
Syaeful A 3506160
Desta
Purnama 3506160039
Herdina
Dani S 3506160030
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
GALUH
CIAMIS
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas Azaz – Azaz Manajemen. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai beberapa kinerja organisasai swasta .
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk
kami dan untuk pembaca.
Ciamis,
12 April 2017
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
1.1
Latar
Belakang Penelitian............................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1.3
Tujuan
Penelitian......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7
2.1
Tinjauan
Teoritis Motivasi........................................................................... 7
2.1.1 Pengertian
Motivasi............................................................................ 7
2.1.2
Prinsip
– Prinsip Dalam Motivasi Pegawai......................................... 8
2.1.3
Klasifikasi
Kebutuhan Manusia dan Cara Pemuasannya................... 9
2.1.4
Pendekatan
Dalam Teori Motivasi..................................................... 10
2.1.5
Aplikasi
Teori Motivasi Dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia.............................................................................................. 11
2.2
Tinjauan
Teoritis Kerja............................................................................. 13
2.2.1
Pengertian Kinerja.............................................................................. 13
2.2.2
Keterkaitan Antara Pekerja dan Kinerja............................................. 14
2.2.2
Konsep
Pengukuran Kinerja............................................................... 15
2.3
Keterkaitan
Antara Motivasi Dengan Kinerja Pegawai........................... 16
BAB III PEMBAHASAN................................................................................... 17
3.1 Pemberian
Motivasi oleh Kepala Bank BRI Unit Karangpaningal
Cabang
Banjar........................................................................................... 17
3.2 Kinerja
Pegawai Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang
Banjar............ 17
3.3 Pengaruh
Pemberian Motivasi oleh Kepala terhadap Kinerja
Pegawai Bank BRI Unit Karangpaningal
Cabang Banjar......................... 18
BAB IV PENUTUP............................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 19
4.2
Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
2.2
Latar Belakang Penelitian
Dalam upaya memenangkan persaingan di pasar bebas setiap perusahaan
dituntut untuk mampu menghasilkan barang/jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu
barang/jasa yang memiliki keunggulan – keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan
barang/jasa yang berdaya saing tinggi ditentukan oleh tingkat efisiensi yang
tinggi dalam pelayanan. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional akan dapat menciptakan nilai tambah
dan mampu menjawab tantangan tersebut dalam upaya meningkatkan kepuasan
pelanggan dalam memperoleh pelayanan.
Untuk dapat memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional,
perusahaan dapat melakukan pembinaan melalui pendidikan, pelatihan serta
bimbingan bagi sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Hanya saja untuk
menghasilkan prestasi kerja yang tinggi, seorang pegawai tidak saja perlu
memiliki keterampilan, tetapi ia juga memiliki keinginan dan semangat untuk
berprestasi tinggi.
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor
penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Dalam hal ini
Mangkunegara, (2009 : 3) mengemukakan bahwa: ‘Motivasi adalah kesediaan
individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan
organisasi’. Oleh karena itu terdapat 3 elemen penting dalam pelaksanaan
motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Ketiga elemen ini saling
berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat mencapai tujuan secara individu
maupun organisasi.
Berkaitan dengan hal tersebut Siagian, (2011 : 138) mengemukakan
bahwa:
Motivasi
adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan
rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga dan waktu menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan meunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuan dapat dilakukan dengan memberikan motivasi
kepada pegawai oleh pimpinan sehingga kinerja pegawai dapat meningkat.
Kinerja pegawai di Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar dapat
diukur dengan bagaimana pelayanan yang dilakukan oleh pegawai terhadap nasabah
dalam hal ini berkaitan dengan kepuasan nasabah dalam memperoleh pelayanan
serta pencapaian target Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar yang
dilakukan oleh pegawai. Dalam kenyataannya kinerja pegawai Bank BRI Unit
Karangpaningal Cabang Banjar kurang memberikan kepuasan kepada nasabah dalam
hal ini mengenai pelayanan. Banyaknya nasabah yang mengantri cukup lama untuk
memperoleh pelayanan, yang terkadang mengeluhkan lamanya panggilan untuk
memperoleh pelayanan sehingga banyak waktu yang terbuang. Padahal salah satu
tolak ukur keberhasilan pegawai dalam kinerja dapat dilihat dari tingkat
kepuasan nasabah melalui pelayanan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga terjadinya indikasi
tersebut karena pemberian motivasi yang dilakukan oleh Kepala Unit BRI
Karangpaningal Cabang Banjar kurang maksimal, hal ini terlihat dari indikator –
indikator sebagai berikut :
1.
Kurangnya
Pimpinan Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar dalam memberikan kesempatan
kepada pegawai/bawahan dalam setiap rapat untuk menyelesaikan permasalahan
target perusahaan. Juga para pegawai/bawahan tersebut hanya diikutsertakan
dalam rapat berupa breefing/do’a pagi sebelum dimulai pekerjaan.
2.
Kurangnya
komunikasi Pimpinan Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar terhadap bawahan
dalam upaya pencapaian target, yaitu memperoleh nasabah baik pinjaman maupun
tabungan.
2.3
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pemberian motivasi oleh Pimpinan Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar?
2.
Bagaimana
kinerja pegawai BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar?
3.
Bagaimana
pengaruh pemberian motivasi oleh Kepala terhadap kinerja pegawai BRI Unit
Karangpaningal Cabang Banjar?
2.4
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui pemberian motivasi oleh Kepala Unit BRI Karangpaningal Cabang
Banjar.
2.
Untuk
mengetahui kinerja pegawai BRI unit Karangpaningal Cabang Banjar.
3.
Untuk
mengetahui pengaruh pemberian motivasi oleh Kepala terhadap kinerja pegawai BRI
unit Karangpaningal Cabang Banjar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang
berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu
kekuatan sumber daya yang menggerakan dan mengendalikan perilaku manusia.
Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk
mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak
seseorang untuk berbuat (Mangkunegara, 2011:93). Karena perilaku seseorang
cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai
tujuan tertentu sehingga motivasi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan.
Stanford, (Mangkunegara, 2011:93) mengemukakan bahwa: ‘Motivation
as an energizing condition of the organizm that serves to direct that organism toward the goal of a certain
class. (Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia ke arah
suatu tujuan tertentu)’. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat dijelaskan
bahwa motivasi merupakan bentuk dorongan yang diharapkan akan mencapai hasil
kerja yang lebih baik, dimana dorongan tersebut didapat dari dalam diri
individu (internal) maupun dari eksternal.
Selanjutnya Manulang, (2004:166) mengemukakan bahwa:
Motivasi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi semangat dan
dorongan kepada orang lain (karyawannya) untuk mengambil tindakan – tindakan.
Pemberian dorongan itu bertujuan menggiatkan orang – orang atau karyawan agar
mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang
– orang tersebut.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang
dilakukan oleh pemimpin kepada bawahan untuk mencapai hasil kerja dan prestasi
kerja yang lebih baik. Oleh karena itu terdapat perbedaan kekuatan motivasi
dalam diri seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan
orang lain dalam menghadapi situasi yang sama. Mengingat pentingnya motivasi
dalam organisasi dalam upaya meningkatkan kinerja
bawahan dalam
organisasi, tetapi prestasi kerja bawahan tidak hanya ditingkatkan melalui
pemberian motivasi saja tetap harus ditunjang dengan kemampuan individu/bawahan
baik segi pendidikan ataupun keahlian.
2.1.2
Prinsip – Prinsip Dalam Motivasi Pegawai
Kegiatan motivasi yang dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahan ataupun organisasi terhadap karyawan harus memiliki
efek yang positif terhadap keberlangsungan kerja dan kinerja
perusahaan/organisasi. Adapun Mangkunegara, (2011:100) mengemukakan prinsip –
prinsip yang harus dilakukan dalam memotivasi pegawai adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip
Partisipasi
Dalam upaya
memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2.
Prinsip
Komunikasi
Pemimpin
mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas
dengan informasi yang jelas, pegawai akan dengan mudah dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip Mengakui Andil
Bawahan
Pemimpin
mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam pencapaian tujuan.
Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip Pendelegasian
Wewenang
Pemimpin
yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu –
waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan
membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip Memberi Perhatian
Pemimpin
memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan
termotivasi bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa prinsip
partisispasi dalam motivasi merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh
pimpinan kepada bawahan dalam menentukan tujuan perusahaan sebagai bentuk
penghargaan keberadaan pegawai dalam lingkungan perusahaan. Semua prinsip
motivasi tersebut harus dimiliki oleh seorang pimpinan serta perusahaan, dengan
melaksanakan prinsip – prinsip tersebut diharapkan adanya komunikasi dua arah
antara pimpinan dan bawahan sehingga tujuan perusahaan maupun pemenuhan kebutuhan
pegawai dapat tercapai dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
diperlukan teknik dalam memotivasi pegawai sebagaimana pendapat Mangkunegar,
(2011;101-102) sebagai berikut:
5
Teknik
Pemenuhan Kebutuhan Pegawai
Pemenuhan
kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari perilaku kerja. Kita
tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang
dibutuhkannya.
6
Teknik
Komunikasi Persuasif
Teknik
Komunikasi Persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dijelaskan bahwa teknik pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan suatu cara dalam
memberikan motivasi yang dilakukan oleh perusahaan maupun pimpinan terhadap
bawahan sehingga akan memberikan rangsangan serta dorongan pada diri pegawai
untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerja sehingga akan
tercapai target kerjanya. Sedangkan teknik komunikasi persuasif merupakan
motivasi yang dilakukan oleh pimpinan dengan dua arah sehingga bawahan akan
merasa diakui keberadaannya yang diharapkan kinerja tersebut dapat ditingkatkan
untuk mancapai tujuan dan target perusahaan.
2.1.3
Klasifikasi Kebutuhan Manusia dan Cara Pemuasannya
Dalam memotivasi pegawai oleh pemimpin maupun perusahaan, faktor
kebutuhan individu dalam perusahaan akan memberikan efek dominan terhadap
rangsangan pada diri pegawai serta lingkungan kerja, oleh karena itu diperlukan
pemenuhan kebutuhan bagi pegawai.
Berdasarkan teori ERG yang dikemukakan Alderfer, (Mangknegara,
2011:98) ada 3 refleksi dasar kebutuhan, yaitu sebagai berikut :
1. Existence Needs, yaitu kebutuhan
yang berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makanan, minu,
pakaian, bernafas, gaji, keamanan kondisi kerja, fringe benefit.
2. Relatedness needs, yaitu
kebutuhan interpersonal mengenai kepuasaan dalam berinteraksi di dalam lingkungan
kerja.
3. Growth needs, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan
dan meningkatkan pribadi yang berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan kerja.
Simpulannya adalah bahwa kebutuhan dalam diri manusia/pegawai pada
dasarnya sama, namun memiliki tingkatan/hierarki yang berbeda, dimana dengan
pemenuhan kebutuhan kepada pegawai diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
prestasi kerja pegawai dalam perusahaan/organisasi.
Menurut McCleland,
(Siagian, 2012:167) mengemukakan bahwa motivasi akan semakin mendalam apabila
didasari oleh (3) pemenuhan kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut:
1. Need For Archivement, yaitu bahwa
setiap orang ingin dipandang orang berhasil dalam hidupnya, keberhasilan itu
mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Dalam kehidupan
organisasional kebutuhan untuk berhasil biasanya tercermin pada adanya dorongan
untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi kerja sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Need For Power, yaitu merupakan kebutuhan akan
kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap
orang lain.
3. Need For Affiliation, yaitu merupakan
kebutuhan nyata dari setiap manusia terlepas dari kedudukan, jabatan dan
pekerjaan, artinya kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang
menduduki jabatan manajerial, juga bukan hanya merupakan kebutuhan para bawahan
yang tanggung jawab utamanya hanya meaksankan kegiatan – kegiatan operasional
tetapi kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial.
2.1.4
Pendekatan Dalam Teori Motivasi
Pada hakikatnya
perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan merupakan tanggapan terhadap
dinamika kehidupan manusia, dalam arti yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa
suatu displin ilmu timbul dan berkembang apabila dirasakan teori dalam
instrumen analisis dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia,
(Siagian, 2012:41). Oleh karena itu dalam teori motivasi terdapat pendekatan
ilmu yang saling berhubungan dan keterkaitan dengan motivasi sebagaimana
pendapat Siagia, (2012:43-54) sebagai berikut:
1. Pendekatan Ilmu Politik
Politik
dipandang sebagai kekuasaan, dimana dalam suatu perusahaan seorang pimpinan
memiliki kekuasaan manajerial dalam memberikan perintah terhadap bawahan yang
dalam aplikasinya adalah untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa ilmu politik dalam teori motivasi
memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan kekuasaan, gaya kepemimpinan
sebagai upaya mencapai tujuan perusahaan melalui motivasi pegawai.
2. Pendekatan Ilmu Ekonomi
Ilmu
Ekonomi merupakan cabang dari pengetahuan sosial yang hakekatnya mempelajari
dan mengembangkan tentang pemuas kebutuhan manusia yang berdasarkan pada
permintaan dan penawaran. Dalam hal ini motivasi pegawai dalam mencapai tujuan
perusahaan yang dilakukan oleh pimpinan juga dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan pegawai dengan harapan akan memberikan dorongan pada diri pegawai
untuk menyelesaikan pekerjaannya.
3. Pendekatan Ilmu Hukum
Dalam
kehidupan sosial, masyarakat pada prinsipnya menjunjung tinggi nilai – nilai
keadilan, keteraturan, ketertiban serta keseimbangan antara pemenuhan hak dan
kewajiaban masyarakat. Dalam hal ini motivasi juga mengartikulasikan kekuasaan
pimpinan untuk mencapai tujuab perusahaan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan,
pemberian gaji pegawai yang seimbang dan sesuai dengan jabatan serta tanggung
jawabnya terhadap perusahaan.
4. Pendekatan Ilmu Sosiologi
Ilmu
sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang menghususkan dalam interaksi orang
dalam kehidupan masyarakat, dimana hubungannya dengan motivasi adalah dalam hal
adanya interaksi antara pimpinan perusahaan dan bawahan. Dengan adanya
komuniaksi dan interaksi tersebut bawahan merasa diakui keberadaannya serta
terwujudnya pemenuhan hak dan kewajiban antara pimpinan, perusahaan dan bawahan
sehingga tercipta pelakuan yang sama dalam perusahaan oleh pimpinan.
5. Pendekatan antropologi
Ilmu
antropologi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, lingkungan, latar
belakang pendidikan, sosial dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan
individu lainnya. Dalam hal ini motivasi dalam aplikasinya pemberian pemenuhan
kebutuhan pegawai memiliki penerimaan yang berbeda, meskipun hak dan
kewajibannya diberikan sama sesuai dengan tanggung jawab dan kinerjanya
sehingga mengakibatkan perbedaan persepsi dalam menerima pemenuhan kebutuhan
tersebut yang berdampak pada perilaku individu dalam menyelesaikan pekerjaan
dan lingkungan pekerjaan individu tersebut.
6. Pendekatan Psikologis
Dalam
hal ini dalam pemberian motivasi oleh pimpinan dan perusahaan apakah akan memberikan
perubahan pada perilaku pegawai terhadap lingkungan kerja, kualitas kerja dan
kuantitas kerja karena motivasi merupakan dorongan yang dilakukan oleh pimpinan
dan perusahaan melalui pemenuhan kebutuhan pegawai baik secara materiil maupun
non materiil
2.1.5
Aplikasi Teori Motivasi Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen
sumber daya manusia merupakan pengambilan langkah – langkah tertentu sehingga
unsur – unsur terpenting dalam organisasi benar – benar berperan sesuai dengan
posisi sentralnya dalam kehidupan organisasional, (Siagian, 2012:187)
Adapun Siagian, (2012:187)
mengemukakan aplikasi teori motivasi yang berhubungan dengan manajemen sumber
daya manusia adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Tenaga Kerja
Sasarannya
adalah agar organisasi mengetahui secara tepat tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk kurun waktu tertentu.
2.
Proses
Rekruitmen
Apabila
lowongan terjadi dalam organisasi yang dilakukan melalui kerja sama berbagai
sumber, seperti lembaga pendidikan, instansi pemerintahan serta yayasan
penyedia tenaga kerja.
3.
Proses Seleksi
Merupakan
usaha yang dilakukan secara sistematik guna menjamin mereka yang diterima
menjadi anggota organisasi adalah orang yang tepat yang sesuai krteria.
4.
Penempatan
Setelah
proses seleksi selesai para pelamar diterima menjadi pegawai organisasi baik
tetap maupun tidak.
5.
Sistem imbalan
Para
pegawai menerima imbalan untuk memenuhi kebutuhannya baik imbalan finansial
maupun non finansial
6.
Pembinaan
Pegawai
Hal
– hal yang dilakukan dalam pelaksanaan pembinaan antara lain adalh sbb:
a. Kejelasan tenaga kerja yang mungkin dinaiki
b. Gaya kepemimpinan ynag demokratik
c. Manajemen yang berdasarkan sasaran
d. Reka bangun tugas
e. Memperkaya kejiwaan
f. Mutu kehidupan kekaryaan
7.
Pengembangan
karir
Pengembangan
karir pegawai merupakan sebagai aktualisasi diri sebagai sasaran dalam
pemenuhan kebutuhan dengan melihat potensi diri, sehingga dapat menjdai
kekuatan efektivitas dalam perusahaan/organisasi baik secara produktivitas
kerja maupun keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa pemberian motivasi dalam hal
manajemen SDM dapat memberikan ruang dalam memenuhi kebutuhan individu yang
diatur melalui proses manajemen (POAC), yaitu bagaimana individu tersebut
mencapai pemenuhan kebutuhannya melalui perencanaan yang telah ditetapkan
perusahaan/organisasi.
2.2
Tinjauan Teoritis Kerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Istilah pekerja (performance) menurut Prawirosentono, (Nawawi,
2013:211) mengandung makna sebagai berikut :
1.
Melakukan,
menjalankan dan melaksanakan.
2.
Memenuhi
menjalankan kewajiban suatu nazar.
3.
Menjalankan
suatu karakter dalam suatu pemainan.
4.
Menggambarkan
dengan suara atau alat muik.
5.
Melaksanakn
atau menyempurnakan suatu tanggung jawab.
6.
Melaksanakan
suatu kegiatan dalam suatu permainan.
7.
Memainkan
pertunjukan musik.
8.
Melakukan
sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin.
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan sesuatu hal yang
dihasilkan oleh manusia yang dapat memberikan hasil.
Selanjutnya Rue
dan Byar, (Nawawi, 2013:212) mengemukakan pengertian kinerja adalah sebagai
berikut: ‘Kinerja sebagai tingkat pengukuran hasil’, selanjutnya menurut
Russel, (Nawawi, 2013:213) mengemukakan bahwa: ‘Kinerja adalah sebagai
pencatatan hasil – hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan atau kegiatan
tertentu selama kurun waktu tertentu’.
Berikutnya
Pasolong, (2007:175) mengemukakan pengertian pekerja adalah “gambaran mengenai
tingkat kecapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi”.
Kemudian
Handoko, (Nawawi, 2013:213) mengemukakan bahwa : ‘Kinerja seseorang ditentukan
oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan’.
Dari pendapat –
pendapat tersebuat dapat diketahui bahwa unsur – unsur dalam bekerja, (Nawawi,
2013:213) adalah sebagai berikut :
1.
Hasil – hasil
fungsi pekerjaan.
2.
Faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi karya pegawai seperti kemampuan, motivasi,
kecakapan dan persepsi peranan.
3.
Pencapaian
tujuan organisasi.
4.
Periode waktu
tertentu.
5.
Tidak melanggar
hukum.
6.
Sesuai dengan
moral dan etika.
2.2.2 Keterkaitan Antara Pekerja dan Kinerja
Dalam suatu
organisasi/perusahaan sudah seyogyanya memiliki tugas, pokok dan fungsi yang
harus dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan harapan kinerja
yang dilakukan oleh pegawai dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan
tujuan. Nawawi (2015:215-217) mengemukakan bahwa terdapat beberapa fungsi
pekerjaan dan kinerja yang saling keterkaitan dalam suatu organisasi/perusahaan
adalah sebagai berikut :
1.
Strategi
Organisasi
Terkait
dengan misi yang ditetapkan oleh perusahaan, strategi bisnis yang diperlukan
terkait pencapaian tujuan dan lingkungan bisnis yang mencakup perencanaa,
implementasi dan pengawasan.
2.
Pemsaran
Peran
utama dalam manajemen pemasaran adalah membuat keputusan mengenai aspek
pemasaran yang meliputi segmentasi, target, posisi produk pasar, strategi yang
ditetapkan, kegiatan pemasaran melalui pembauran pemasaran, nilai penjualan, market
share yang dikuasai oleh
perusahaan. Sehingga dapat dilakuakn evaluasi pasar terhadap produk guna
mengetahui kepuasan konsumen, perilaku konsumen dan keinginan potensial pasar.
3.
Operasional
Hal
– hal yang menyangkut operasional adalah kualitas produk, teknologi yang digunakan,
kapasitas produksi, persediaan barang baku dan barang jadi yang dihasilkan oleh
perusahaan.
4.
Sumber daya
manusia
Terdapat
hal – hal penting dari sumber daya manusia yang perlu dilakukan evaluasi
anatara lain produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja pelatihan dan
pengembangan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran kerja.
5.
Keuangan
Tujuan
utama dalam perusahaan adalah memaksimalkan keuangan atau kekayaan terutama
bagi pemegang sahamnya, terwujudnya berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas saham
perusahaan.
Budaya prestasi
juga dapat mendorong seseorang atau perusahaan untuk mengahargai kinerja.
Adapaun budaya prestasi menurut Nawawi, (2013:222-225) adalah sebagai berikut :
1.
Berorientasi
pada hasil.
2.
Pelayanan
pelanggan unggul.
3.
Inovasi
4.
Kejujuran.
5.
Penghargaan.
6.
Responsif
terhadap perubahan.
7.
Akuntabilitas
dan
8.
Keinginan
besar.
2.2.3
Konsep Pengukuran Kinerja
Nawawi,
(2013:234) mengemukakan bahwa :
Pengukuran
kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak
dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme untuk memberikan penghargaan atau reward,
akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan manajemen
untuk memperbaiki kinerja organisasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengukuran
kinerja berhubungan erat dengan manajemen organisasi yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengevaluasian dimana akan melahirkan hasil kerja yang lebih baik
di masa yang akan datang. Juga sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi
mencapai tujuan sehingga memberikan manfaat secara keseluruhan organisasi.
Adapun Nawawi, (2013:235) bahwa manfaat pengukuran kinerja diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Menjadi alat
komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja
organisasi.
2.
Mengidentifikasi
apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
3.
Membantu memahami
proses kegiatan instansi pemerintah.
4.
Memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
5.
Menunjukan
peningkatan yang perlu dilakukan.
6.
Mengungkapkan
permasalahan yang terjadi.
Untuk mencapai
hal tersebut diperlukan suatu indikator kinerja terhadap pencapaian tujuan yang
ditetapkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Adapun menurut LAN
(Lembaga Administrasi Negara) Nawawi, (2013:240) mengemukakan bahwa: “Indikator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan”.
Selanjutnya
Dwiyanto, (Nawawi, 2013:244) mengemukakan indikator pengukuran kinerja adalah
sebagai berikut :
7
Prodiktivitas.
8
Kualitas
layanan
9
Responsibilitas.
10
Akuntabilitas.
11
Responsivitas.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa indikator kinerja merupakan tolak ukur
dalam mencapai suatu kepuasan pelanggan melalui kinerja pegawai, sehingga dapat
dijelaskan sejauh mana pekerjaan tersebut dapat diterima oleh pelanggan dalam
hal pelaksanaan pemberi pelayanan publik.
2.3
Keterkaitan Antara Motivasi Dengan Kinerja Pegawai
Pemberian
motivasi yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan/pegawai memiliki
keterkaitan dengan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas, dimana salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dalam suatu perusahaan adalah
motivasi.
Hal tersebut
sejalan dengan Mangkunegara, (2011:67-68) yang mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja pegawai adalah:
1.
Faktor
Kemampuan, yaitu secara psikologis kemampuan pegawai diukur dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality
( Knowledge + Skill ) yang didukung dengan tingkat pendidikan dan
keterampilan sehingga pekerjaan akan sesuai dengan keahlian dan mudah mencapai
tujuan kinerja,
2.
Faktor Motivasi,
yaitu adanya dorongan dan dukungan dari pimpinan yang dapat membentuk sikap (atitude)
dalam situasi atau lingkungan kerja.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa faktor kemampuan merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh individu/pegawai dalam menjalankan tugas yang
sesuai dengan standar operasional prosedur kerja sehingga kepuasan nasabah
tercapai dengan baik.
Oleh karena itu
kinerja pegawai dan motivasi yang diberikan oleh pimpinan merupakan faktor
penting dan memiliki keterkaitan sertahubungan yang erat yakni dalam hal
pencapaian target perusahaan yang telah ditetapkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemberian
Motivasi oleh Kepala Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar
Pemberian Motivasi oleh Kepala Bank
BRI Unit Karangpaningal Cabang Banjar dapat dilihat dari prinsip – prinsip
dalam memotivasi kerja pegawai menurut Mangkunegara, (2010:100-101) belum
maksimal dilaksanakan. Hal ini dapat terlihat dari sikap pimpinan dalam
pemberian wewenang kepada bawahan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan
permasalahan tugas pelayanan, dimana pemberian kewenangan tersebut dalam rangka
memeberikan kebebasan bawahan dalam berinovasi dan mengaplikasikan kemampuan individu
dalam bekerja. Perhatian pimpinan terhadap pengembangan karir pegawai yang
berprestasi dalam bekerja menjadi acuan dan dorongan individu/bawahan dalam
mencapai tujuan perusahaan serta pimpinan dalam menerima aspirasi dari bawahan.
Pencapaian tugas pelayanan diartikan sebagai sikap pimpinan yang demokratis
agar dalam lingkungan kerja bawahan dan pimpinan kondusif. Oleh karena itu
pemberian motivasi oleh pimpinan kepada bawahan menjadi sangat penting karena
akan mempengaruhi individu/bawahan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan
pencapaian tujuan perusahaan.
3.2 Kinerja
Pegawai Bank BRI Unit Karangpaningal Cabang
Banjar
Kinerja Pegawai Bank BRI Unit
Karangpaningal Cabang Banjar pada
dasarnya sudah cukup baik tetapi masih perlu ditingkatkan sebagai upaya dalam
persaingan global. Hal ini terlihat dari pelayanan yang dilakukan bawahan,
seperti pegawai yang mampu memanfaatkan peluang dengan menerapkan strategi yang
tepat untuk menarik pelanggan/nasabah, pegawai mampu meminimalisir kesalahan
dalam melaksanakan fungsi pelayanan, pegawai mampu mempertanggungjawabkan
setiap tugas yang diberikan/diperintahkan oleh pimpinan. Dan bawahan mampu
memberikan informasi antar pegawai dengan jelas dalam melakukan pelayanan.
Dengan demikian kinerja para pegawai akan
memberikan kepuasan kepada nasabah
sehingga dapat mampu bersaing dengan lembaga perbankan lainnya dan bersaing
secara global.
3.3
Pengaruh Pemberian Motivasi oleh Kepala terhadap Kinerja Pegawai Bank BRI Unit
Karangpaningal Cabang Banjar
Kinerja pegawai Bank BRI unit
Karangpaningal Cabang Banjar dipengaruhi
oleh pemberian motivasi oleh Kepala, artinya kinerja para pegawai akan berjalan
dengan baik dan maksimal jika pimpinan memiliki sikap aspiratif terhadap
bawahan, mengembangkan karir pegawai serta memberikan kebebasan kepada para
pegawai dalam mengaplikasikan kemampuan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam hal ini sikap seorang pimpinan akan mempengaruhi kinerja bawahan dalam melaksanakan
tugas pelayanan sehingga tercapai kepuasan pelanggan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Mengenai
pemberian motivasi oleh Kepala, diperoleh dari hasil angket (kuesioner) dengan
skor rata – rata sebesar 32,6% yang berada pada kategori cukup baik dan atau
jika dipersentasekan sebesar 59,27% dan termasuk dalam kategori cukup baik,
artinya pada dasarnya pemberian motivasi yang dilakukan oleh kepala terhadap
pegawai cukup baik dilakukan dan sesuai dengan variabel atau faktor yang
menjadi prinsip – prinsip dalam memotivasi kerja pegawai.
Dari
hasil wawancara dengan Kepala Bank BRI unit Karangpaningal Cabang Banjar dapat
disimpulkan bahwa selaku Kepala unit pemberian motivasi kepada pegawai harus
dilakukan dengan semaksimal mungkin, berkesinambungan serta dengan i’tikad yang
baik agar kinerja pegawai dan perusahaan meningkat sebagai upaya pencapaian
tujuan perusahaan.
2.
Kinerja
pegawai BRI unit Karangpaningal Banjar. Dari hasil angket (kuesioner) dengan
skor rata – rata sebesar 32,8%, yang berada pada kategori cukup baik dan atau
jika dipersentasikan sebesar 59,63% dan termasuk dalam kriteria cukup baik
artinya kinerja pegawai Bank BRI unit Karangpaningal Banjar cukup baik serta
sesuai dengan variabel atau faktor yang menjadi standar kinerja pegawai.
Kemudian dari hasil
wawancara dengan Kepala Bank BRI unit Karangpaningal Cabang Banjar dapat
disimpulkan bahwa kinerja pegawai cukup baik dalam pelaksanaan tugas pelayanan,
namun meskipun dalam prakteknya masih terdapat banyak kendala dalam hal pencapaian
target, khususnya target nasabah pinjaman yang disetujui, namun sedikit –
sedikit dapat diselesaikan, sebagai upaya peningkatan pelayanan dan kepuasan
pelanggan /nasabah.
3.
Berdasarkan
perhitungan korelasi product moment diperoleh nilai korelasi product moment
sebesar 0,9711 antara pemberian motivasi oleh Kepala (X)
dari
kinerja pegawai BRI unit Karangpaningal Cabang Banjar (Y), yang termasuk dalam
hubungan sangat kuat antara pemberian motivasi oleh Kepala (X) dengan kinerja
pegawai BRI unit Karangpaningal Cabang Banjar (Y).
4.2 Saran
Makalah
ini dibuat oleh penulis dengan segala kemampuan dan keterbatasan, maka dari
itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan – kekurangan sehingga
untuk mencapai kesempurnaan itu diharapkan agar pembaca dapat memberi saran dan
kritik untuk membangun dan lebih sempurnanya makalah ini.
Dengan
sepenuh hati, penulis memohon kepada Allah semoga makalah ini bisa bermanfaat
buat sang pembaca serta penulis bahkan kepada khalayak umum.aamiin.
Akhirnya
saya ucapkan terima kasih banyak atas saran dan kritikannya, semoga makalah ini
bisa bermanfaat. Aamiin ya robbal ‘alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi Revisi V cetakan keduabelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Darma, Surya. 2009. Manajemen Kinerja. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Handayaningrat, Suwarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu dan
Manajemen. Jakarta:H. Masagung
Hasibuan, Malayu, S.P. 2003. Organisasi dan Motivasi.
Jakarta: Bumi Aksara
Mangkunegara, Prabu Anwar. 2011. Manajemen Sumber Daya
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Manullang, Marihot. 2004. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
Moekijat. 2000. Fungsi – Fungsi Manajemen. Bandung:
Mandarmaju
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi Kepemimpinan dan
Kinerja. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung:
Alfabeta.
Saidam, Ghouzzali. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Djambatan.
Sedamaryanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung: Mandar Maju
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan
R&D. Cetakan ke17. Bandung:Alfabeta
Siagian, Sondang. 2011. Sumber Daya Insani. Jakarta: Haji
Masahung.
Surakhmad, Winarmo. 2001. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar,
Metode dan teknik. Bandung: Tarsito.
Komentar
Posting Komentar